Sudah menjadi perbincangan yang begitu sering kita dengar beberapa tahun ini melalui media televisi, radio maupun media cetak, dan makin sering dibicarakan di penghujung tahun ini perihal degradasi moral pemuda jaman sekarang. Solusi yang terus diperbincangkan adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter apakah yang akan diterapkan ini? Belum ada ketegasan pasti. Namun dari sumber-sumber yang saya dengar, ialah dengan pendidikan karakter yang diberikan sejak dini. Dan bagaimanakah implementasinya? Jawaban dari setiap narasumber yang saya dengar selalu sama. Yaitu dengan penerapan dirumah didukung dengan tindakan yang dicontohkan orangtuanya.
Kemudian bagaimana apabila orangtuanya merupakan pekerja yang seharian tidak di rumah? Apakah iya orangtua mampu menerapkan pendidikan karakter dengan baik? Dan apakah akan menjadi solusi yang efektif dan efisien sejalan dengan globalisasi saat ini? Saya sedikit ragu. Bukan maksud pesimis mengenai tidak adanya hasil dengan penerapan pendidikan karakter yang akan dicanangkan tersebut, saya hanya melihat beberapa fakta yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, bahkan yang menjadi pengalaman saya pribadi yang menurut saya akan menghambat jalannya pendidikan karakter ini, di antaranya ialah :
1. teknologi telah mengalihkan dunia anak-anak sekarang ini, tidak jarang kita melihat anak berusia sekitar 5 tahun keatas memegang tablet pc dengan memainkan angry birds. tak sedikit pula yang sudah menggunakan handphone yang padahal jika dirasionalkan mereka belum membutuhkan. Oleh karena itu, bisa saya ambil kesimpulan bahwa didukung dengan fasilitas teknologi yang lebih mudah, dan teknologi saat ini pun sudah dirancang untuk have fun, jadi bagaimana mereka tidak tertarik? Lalu bagaimanakah solusinya? Pembatasan teknologikah? sepertinya tidak realistis.
2. Orangtua yang jarang di rumahpun turut andil dalam -list hambatan pendidikan karakter menurut saya-. Karena mereka seharusnya yang mencontohkan tindakan, namun karena ketidakberadaan orangtua di sekitar mereka teori pendidikan karakter yang diberikan mungkin hanya akan masuk telinga kanan dan keluar ke telinga kiri.
3. Media cetak, televisi, radio sekarang ini sering menayangkan hal-hal yang berbau cenderung negatif yang tidak cocok bagi perkembangan psikis anak-anak. Pengawasan menjadi salah satu solusi untuk saat ini, namun untuk kedepannya, mungkin tayangan-tayangan pun bisa difilter kembali oleh pihak yang berwewenang supaya mengurangi atau bahkan menghapuskan bau-bau kenegatifan yang dapat merusak perkembangan psikis anak-anak. Dan, fyi, saya rasa sekarang sudah mulai pembenahan, sudah mulai bermunculan tayangan-tayangan yang sarat akan nilai moral yang baik untuk anak-anak, saya sangat mendukung untuk tayangan-tayangan tersebut.
Dengan beberapa list penghambat pendidikan karakter menurut saya tersebut, banyak percabangan dampak yang dibentuk, salah satunya individualisme yang meningkat pada anak-anak Tidak pesimis sama sekali untuk pembenahan moral anak-anak, generasi bangsa Indonesia seterusnya. Jika ada aksi maka akan ada reaksi, lagi-lagi dimulai dari kita sendiri untuk berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik, dsb. Dengan dimulai dari kita, kita bisa menularkannya kepada anak-anak divsekitar kita bukan?
Kemudian bagaimana apabila orangtuanya merupakan pekerja yang seharian tidak di rumah? Apakah iya orangtua mampu menerapkan pendidikan karakter dengan baik? Dan apakah akan menjadi solusi yang efektif dan efisien sejalan dengan globalisasi saat ini? Saya sedikit ragu. Bukan maksud pesimis mengenai tidak adanya hasil dengan penerapan pendidikan karakter yang akan dicanangkan tersebut, saya hanya melihat beberapa fakta yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, bahkan yang menjadi pengalaman saya pribadi yang menurut saya akan menghambat jalannya pendidikan karakter ini, di antaranya ialah :
1. teknologi telah mengalihkan dunia anak-anak sekarang ini, tidak jarang kita melihat anak berusia sekitar 5 tahun keatas memegang tablet pc dengan memainkan angry birds. tak sedikit pula yang sudah menggunakan handphone yang padahal jika dirasionalkan mereka belum membutuhkan. Oleh karena itu, bisa saya ambil kesimpulan bahwa didukung dengan fasilitas teknologi yang lebih mudah, dan teknologi saat ini pun sudah dirancang untuk have fun, jadi bagaimana mereka tidak tertarik? Lalu bagaimanakah solusinya? Pembatasan teknologikah? sepertinya tidak realistis.
2. Orangtua yang jarang di rumahpun turut andil dalam -list hambatan pendidikan karakter menurut saya-. Karena mereka seharusnya yang mencontohkan tindakan, namun karena ketidakberadaan orangtua di sekitar mereka teori pendidikan karakter yang diberikan mungkin hanya akan masuk telinga kanan dan keluar ke telinga kiri.
3. Media cetak, televisi, radio sekarang ini sering menayangkan hal-hal yang berbau cenderung negatif yang tidak cocok bagi perkembangan psikis anak-anak. Pengawasan menjadi salah satu solusi untuk saat ini, namun untuk kedepannya, mungkin tayangan-tayangan pun bisa difilter kembali oleh pihak yang berwewenang supaya mengurangi atau bahkan menghapuskan bau-bau kenegatifan yang dapat merusak perkembangan psikis anak-anak. Dan, fyi, saya rasa sekarang sudah mulai pembenahan, sudah mulai bermunculan tayangan-tayangan yang sarat akan nilai moral yang baik untuk anak-anak, saya sangat mendukung untuk tayangan-tayangan tersebut.
Dengan beberapa list penghambat pendidikan karakter menurut saya tersebut, banyak percabangan dampak yang dibentuk, salah satunya individualisme yang meningkat pada anak-anak Tidak pesimis sama sekali untuk pembenahan moral anak-anak, generasi bangsa Indonesia seterusnya. Jika ada aksi maka akan ada reaksi, lagi-lagi dimulai dari kita sendiri untuk berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik, dsb. Dengan dimulai dari kita, kita bisa menularkannya kepada anak-anak divsekitar kita bukan?