Chungnam National University ketika Spring berlangsung diambil dari http://www.uq.edu.au/uqabroad/images/_partners/chungnam-national-university.jpg |
Setelah dua tahun berlalu akhirnya saya menyempatkan diri untuk menuliskan pengalaman mengenai pengalaman saya melakukan summer school di Chungnam National University yang berada di Kota Daejeon, Korea Selatan. Saya rasa ini perlu dilakukan untuk berbagi pengalaman kepada teman-teman yang barangkali tertarik untuk mengikuti summer school di Korea Selatan, bertemu oppa-oppa
Saat itu persyaratan terdiri dari:
- Application Form
- Curriculum Vitae
- Motivation Letter
- Official Academic Transcript
- English proficiency certificate (Toefl ITP=550 , IBT 8.0 or IELTS 6.0)
- Student Enrollment from faculty
- Letter of recommendation from faculty and or supervisior
- Copy of passport
Dan deadlinenya hanya 1 minggu setelah diumumkannya kesempatan ini. Ketahuilah saudara-saudara, seperti ini sangat wajar. Ketika itu saya menjadi pendaftar terakhir yaitu urutan ke-20 dari seluruh pendaftar yang ada dengan kondisi kantor OIA hampir saja ditutup. Melihat pendaftar cukup banyak, saya pulang ke kos hanya dengan perasaan pasrah.
Satu minggu kemudian, saya mendapat sms dari akademik kampus bahwa saya mendapatkan surat dari OIA. Saya sempat mengabaikan surat itu selama seminggu, sampai akhirnya pihak akademik kampus kembali menghubungi. Karena penasaran, akhirnya saya ke ruangan akademik dan mengambil surat tersebut. Ketika membuka surat tersebut, rasanya perut mulas dan ada sesuatu menggelitik yang membahagiakan, "Aku lolos!" Dan ternyata hanya dua orang saja yang dinominasikan untuk bisa mengikuti summer school tersebut . Bahagiapun bertambah ketika mengetahui bahwa saya juga mendapatkan beasiswa sejumlah 1200 USD tersebut.
Akan tetapi yang masih harus dipikirkan adalah tiket pesawat. Mencoba memutar otak, akhirnya saya memutuskan untuk berburu sponsorship meskipun waktu hanya terbatas. Tidak lupa, saya menghubungi delegasi selain saya yang dinominasikan untuk mengikuti summer school, saya berdiskusi dengan kakak tersebut dan akhirnya disarankan untuk mencoba mengajukan permohonan bantuan dana ke direktorat kemahasiswaan dan keluarga alumni. Di samping dua instansi tersebut, saya juga mengajukan ke Garuda Indonesia. Alhamdulillah, ada respon positif dari ketiganya sehingga bisa meringankan beban tiket pesawat yang harus ditanggung.
Sebulan sebelum keberangkatan kira-kira bulan Juni, setelah ujian akhir semester berlangsung mau tidak mau saya harus mengurus visa. Di sini visa saya awalnya akan mengurus di travel agent, tetapi karena cukup mahal akhirnya mengurus sendiri tetapi tidak ke Jakarta. Nahloh, gimana? Soal visa saya akan bahas secara rinci pada postingan blog berikutnya. Awalnya deg-deg an sekali karena konon membuat visa Korea Selatan cukup sulit karena ya..sulit. Syarat-syarat cukup banyak. Tetapi setelah dilalui ternyata hal tersebut bisa dikatakan tidak sepenuhnya benar. Asal syarat lengkap insyaAllah amaan.
Setelah visa beres, akhirnya tanggal 17 Juli 2014 akhirnya menerbangkan diri menuju Incheon, Korea Selatan dan melanjutkan perjalanan ke Daejeon yang berjarak 300 km (kurang) dari Incheon. Di sana baru merasakan bahwa summer ternyata memang panas, dan yang lebih mengerikan lagi saya benar-benar tidak bisa berbahasa Korea. Sebelum berangkat hanya sedikit-sedikit belajar membaca hangeul. Setelah sampai di terminal Daejeon, saya langsung menuju ke salah satu taksi dan menunjukkan tulisan hangeul yang sudah disiapkan oleh pihak Chungnam National University, dan akhirnya saya diantar menuju asrama Chungnam National University.
Setelah sejenak istirahat di asrama, malam harinya saya dan delegasi satu kampus lainnya bertemu dengan teman-teman dari universitas lain dari berbagai negara, ada dari Jepang, Turki, Jerman, China, Cheko, Amerika Serikat, Hongkong, dan masih banyak lagi.
Perpustakaan Chungnam National University |
Kegiatan Summer School
Summer school yang berjalan selama 3 minggu tersebut diisi dengan belajar bahasa Korea, kultur, perkembangan teknologi dan otomotif di Korea Selatan, dan bahkan juga belajar mengenai diplomasi Korea Selatan dan Korea Utara. Di sinilah yang cukup menarik. Kami diajak berdiskusi bersama salah satu dosen yang memang sejak dahulu meneliti masalah diplomasi Korea Selatan dan Korea Utara, bahkan beliau juga merupakan salah satu dari banyak orang Korea Selatan yang tidak pernah bertemu dengan kakek nenek dan keluarga lain karena tidak dapat ikut berpindah ke Korea Selatan. selain itu saya juga sungguh beruntung untuk bisa bertemu dengan Chloe, buddy yang menemani saya sepanjang stay saya di Korea Selatan. Dengan Chloe saya bisa berdiskusi panjang soal diplomasi Korea Selatan dan Korea Utara karena kebetulan ia merupakan salah satu reporter mahasiswa di Ministry of Unification Korea Selatan.
Welcoming Dinner |
Tiga minggu melakukan summer school ini juga memberikan banyak pengalaman seperti memasak makanan korea, dan melakukan praktik pottery, tinggal di rumah ibadah Budha dan melakukan meditasi sejenak dan merasakan bagaimana hidup damai memakan makanan yang ditanam sendiri seperti misalnya jagung hitam yang rasanya begitu segar dan lezat. Pertemanan yang didapatkan di sana pun terus terjaga sampai sekarang. Saya bersyukur bisa bertemu teman-teman seperti Kak Binta, Mathias, Sayumi, Chloe, Mehmet, Savas, Marsha, Katka, Tereza, dan banyak lagi.
Pengalaman summer school ini pun juga memberikan wawasan yang cukup luas dan memberikan gambaran secara langsung tentang kemajuan Korea Selatan, siapa sangka Korea Selatan kini sudah punya penangkap sinyal yang kecepatan mungkin bisa dibilang 5.5G, telepon untuk orang tuli sehingga ditempel di kulit tanganpun terdengar, tv seperti sticker , dan masih banyak lagi. Kalau tidak dalam kesempatan ini mungkin saya juga tidak akan pernah melihat proses produksi truk dan mobil hyundai secara langsung.